Sebagai makhluk yang memang sudah diberikan fitrah oleh Allah SWT dari sejak lahir, manusia juga memiliki rasa cinta. Sebuah rasa yang jika benar-benar dilandasi iman akan menghadirkan kekuatan. Cinta yang tumbuh karena iman adalah behtera terbaik untuk sukses mengarungi samudera kehidupan didunia maupun akhirat. Itulah mengapa Islam sebagai sebuah peradaban memandang cinta sebagai perkara utama.
Seperti sebuah pedang bermata dua, cinta juga tergantung pada orang dibelakangnya, paradigma yang menggerakannya, dan cita-cita yang ditujunya. Jika cinta menjadi motor penggerak bagi orang-orang kafir, dengan paradigma kekafiran, dan tujuannya hanya dunia, maka sudah pasti pedang cinta tadi akan merusak tatanan dunia yang ada. Tapi jika cinta menjadi motor penggerak bagi para aktivis dakwah, dengan paradigma keimanan. Maka sudah pasti cintanya akan senantiasa menjadi cahaya yang akan menerangi dunia yang semakin kelam ini.
Sebagai makhluk ciptaan Allah sudah semestinya kita harus selalu bersikap baik kepada-Nya, tentunya dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan semua apa yang telah Dia perintahkan dan tidak melakukan segala apa yang telah dilarang oleh-Nya. Serta dapat mengajak manusia lainnya untuk selalu terus berammar ma’ruf nahi munkar. Yang tujuannya agar dapat menyadarkan manusia bahwa Allah adalah satu-satunya tujuan hidup dan mati kita. Bukanlah dunia tempat tinggal kita yang abadi, namun akhiratlah adalah tempat tinggal kita yang sebenar-benarnya dan yang paling hakiki. Tentunya ketika meninggal nanti, kita pasti mengharapkan agar dapat meninggalkan dunia yang fanah ini dengan Khusnul Khotimah, dan Surga Firdaus sebagai tempat tinggal kita. Maka dari itu, marilah dengan dengan niat yang ikhlas kita harus lebih lagi untuk dapat meningkatkan ibadah kita kepada-Nya, serta dapat mengajak manusia yang lainnya juga. Yang mungkin dulunya berbelok, menuju ke jalan yang lurus agar kita sama-sama dapat menikmati tempat yang telah Allah siapkan untuk kita (baca: surga-Nya), dan dapat berjumpa dengan-Nya serta dapat berkumpul dengan orang-orang yang selama didunia hidupnya dipertaruhkannya untuk berjuang dijalan Allah SWT. SubhanaAllah... Itulah imbalan untuk kita karena kita selama hidup didunia tidak pernah melupakan-Nya, dan janji-Nya kepada kita itu tidak pernah ingkar.
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh...” (QS. Ali-‘Imran: 110)
Memang sudah menjadi kewajiban kita sebagai Khalifah Allah untuk selalu mengajak manusia berammar ma’ruf nahi munkar. Dan ini tidak bisa kita lakukan dengan cara yang keras dan “Semau Gue”. Yang ada mereka malah menjauh dari kita, bukannya mendengarkan. Jadi cara yang baik itu adalah dengan cara yang baik-baik. Sebagaimana firman Allah SWT didalam Qur’an Surah An-Nahl: 125, berikut artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Seiring dengan waktu dan perkembangan zaman. Kita harus mengerti bahwa semuanya itu membutuhkan proses dan tidak bisa instant (baca: langsung). Dan cara dakwah yang paling tepat adalah dengan cara dakwah dari hati ke hati atau dalam bahasa dakwah namanya itu adalah dakwah fardiyah, yang artinya adalah menyampaikan kepada manusia tentang segala hal yang baik dan benar menurut pandangan Islam dengan cara mendekati antar personalnya. Sebagaimana dakwah seperti yang dilakukan oleh Syeikh Imam Hasan Al-Banna, yang berdakwah dengan mendatangi satu per satu warung-warung kopi dan bahkan tempatnya orang-orang berjudi, dan tentunya dengan cara yang baik serta tidak melukai hati orang tersebut.
Melakukan pengkaderan itu memang sangat penting, karena untuk melakukan suatu pekerjaan yang jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal, tentu kita akan lebih memilih bekerjasama dengan orang-orang yang satu fikroh atau istilah lainnya satu pandangan atau sejalan dengan kita.
Ternyata melakukan suatu rekrutmen kader atau pengkaderan itu sendiri memang sudah merupakan salah satu model perjuangan para Nabi. Bersama para kader inti, yang tangguh, mereka berjuang menyebarkan (baca: mendakwahkan) Islam dan berbagai ujian serta rintangan yang dahsyat yang mereka tempuh.
Rasulullah SAW merekrut dan mengkader Khadijah ra., perempuan yang pertama kali beriman dan juga istri beliau, setelah itu Abu Bakar ra., sahabat karib beliau, Ali bin Abi Thalib ra., anak pamannya yang telah dibinanya dari sejak kecil, Zaid bin Haritsah ra., mantan budak beliau. Abu Bakar pun meluaskan dakwahnya sendiri. Melalui dakwahnya maka Ustman bin Affan ra., Zubair bin Awwam ra., Adurahman bin Auf ra., Sa’ad bi Abi Waqqash ra., dan Thalhah bin Abi Ubaidillah ra., masuk Islam. Kedelapan orang ini merupakan para kader pertama yang masuk Islam, kemudian sholat, dan membenarkannya. Rekrutmen ini kemudian berkembang hingga mencapai 60 sahabat pertama yang berasal dari dari berbagai kabilah di Mekkah ketika itu.
Para kader dakwah terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka inilah yang senantiasa menjadi pewaris, menyebarkan dakwah dari zaman ke zaman. Semoga Allah membalas semua jasa mereka dan menganugerahkan surga-Nya yang luas dan indah. Kita berharap kepada Alloh, agar dimasukkan kedalam golongan mereka, para generasi penyeru dakwah, dan dikumpulkan bersama-sama mereka kelak di surga-Nya. Aamiin. Semoga!
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)
Perjalanan dakwah ibarat sebuah kehidupan, ia harus terus hidup secara dinamis atau terjaga kestabilannya. Karena sejatinya perjalanan dakwah ini masih sangat panjang dan tidak ada penghujungnya. Kitalah yang akan menjadi penyambung mata rantai dakwah ini.
“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Begitulah Al-Qur’an memberikan inspirasi. Artinya seorang kader yang berkualitas tinggi akan dapat megalahkan sepuluh orang musuh (1:10), sedangkan kader yang lemah kualitasnya hanya dapat megalahkan dua orang musuh (1:2)
Rasulullah sebagai penggerak dakwah untuk agama Allah ini, telah banyak meninggalkan warisan kepada kita, tentang dakwah yang telah ia lakukan. Rasulullah telah banyak mengislamkan orang-orang kafir, dan orang-orang kafir tersebut banyak yang masuk Islam dikarenakan akhlak beliau. Sejalan dengan agama kita memang, Islam yang dikenal sebagai agama akhlak.
Pantaslah jika Rasulullah disebut sebagai “Sang Promotor Dakwah” itu. Rasulullah telah menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam kepada kita umatnya serta mengajak manusia untuk kembali taat kepada Allah. Kata umatku yang diucapkannya sebanyak tiga kali ketika akan menghembuskan nafas terakhirnya itu, adalah pembuktian bahwa beliau sangat mencintai umatnya (baca: kita), melebihi kelurganya, sahabatnya, bahkan dirinya sendiri.
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Semoga kita selalu dapat mengamalkan segala sifat yang ada pada diri Rasulullah. Dan dengan menjadikan Rasulullah sebagai contoh yang baik bagi kita, maka kita telah mencintai Rasulullah. Dan dengan mencintai Rasulullah itu juga telah menghantarkan cinta kita kepada Sang Maha Pemberi Cinta itu sendiri, yaitu Allah SWT.
“Dakwah itu ada karena adanya rasa cinta, dan cinta itu hadir karena Allah”.
Wallahua’lam Bishshawab...
---
#tulisan ini di buat di penghujung tahun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar