Senin, 04 April 2016

A Miracle Of Allah

Namanya Naira Safira. Ia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ia mempunyai 1 orang kakak perempuan dan 1 orang kakak laki-laki. Naira anak yang periang, cerdas dan selalu optimis dalam melaksanakan apapun termasuk dalam menjalani kehidupannya. Dan namaku Ayunda Saputri. Aku adalah sahabatnya naira dari kecil dan kedua orang tua kami pun sudah sangat kenal dekat. Aku ingin bercerita tentang sahabat ku naira yang berjuang akan penyakitnya hingga sampai saat ini ia pun masih dapat menghirup udara segar dunia ini. Ku ingat saat aku berumur 8 tahun dan begitu juga dengan naira. Ayah berdialog dengan ibu mengenai naira,
“Buk, tadi Bagas menelpon ayah katanya tadi sore menjelang magrib anaknya naira kembali masuk ke rumah sakit.” Ujar ayah.
“Loh kenapa? Sakit apa naira?” tanya ibu pada ayah.
“Ayah juga nggak tahu buk. Tadi bagas hanya bilang kalau naira masuk rumah sakit dan memberi tahu kalau naira di bawa ke rumah sakit Medica. Ayo sekarang kita siap-siap buk dan langsung berangkat ke rumah sakit buk.” Kata ayah pada ibu.
“O iya yah, ibu siap-siap bentar. Tapi yah ayunda gimana, mau di tinggal atau di ajak?”
Tidak lama dari ibu berbicara kepada ayah, dan ayah pun belum sempat menjawabnya. Aku yang dari tadi sudah mendengarkan percakapan mereka lalu langsung beranjak pergi ke ruang tamu, dan berkata “Yah, buk, ayunda ingin ikut jenguk naira.”. Ibu dan ayah langsung saling melihat, lalu ibu bilang pada ku dengan tersenyum“Oya boleh. Ayunda boleh ikut. Ambil jaketnya gih...”. Aku pun langsung ke kamar untuk mengambil jaket agar tidak kedinginan. Dan ayah sudah di garasi untuk memanaskan mobil. Tak lama dari itu kami langsung berangkat menuju rumah sakit.

 1 jam menempuh perjalanan akhirnya kami pun sampai di rumah sakit. Di hantar oleh suster kami ke ruangan naira. Ternyata saat ku lihat itu adalah ruang UGD. Lalu ayah langsung menemui om bagas papanya naira.
“Gas, naira sakit apa?” tanya ayah pada om bagas.
“Tadi sore habis mandi ia terkapar di depan pintu kamar mandi saat mamanya mengecek kamarnya, mamanya kaget dan langsung teriak memanggilku. Naira sempat berbicara katanya kakinya sakit dan terasa sangat sesak nafasnya setelah itu ia pingsan. Jadi langsung saja aku dan mamanya membawanya ke rumah sakit. Ternyata penyakitnya saat masih bayi dulu kembali lagi dit. Jantung lemahnya. Ini dikarenakan aku yang menurunkannya, kamu tahu kan kalau aku sudah ada penyakit jantung ini semenjak SMA baru ketahuan. Dan sekarang menular pada anak ku yang paling bungsu, aku sangat tidak menyangka dit. Karena kedua kakaknya tidak. Naira sekarang yang menderita penyakit jantung lemah.” Om bagas pun sangat terpukul dengan keadaan naira.
“Kamu yang sabar gas. Naira akan sembuh insya Allah...” Ujar ayah sambil memegangi pundaknya om bagas. Om bagas pun menunduk dan menangis.

Memang penyakit jantung lemah merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Setiap orang yang menderita penyakit ini ia tidak dapat melakukan aktivitas secara berlebihan, karena akan dapat menimbulkan rasa sakit di dada serta cenderung pingsan.

“Nai......nai....naira ayo bangun, cepat bangun. Biar kita bisa bermain lagi di taman depan rumahmu.” Aku memangil naira dari jendela kamar, sambil menangis. Aku saat itu hanya dapat melihatnya lewat jendela kamar. Karena aku tidak diizinkan masuk waktu itu oleh susternya.
***
Keesokan harinya saat di sekolah aku merasa kesepian. Karena naira ada di rumah sakit. Teman-teman juga banyak yang menanyakan naira. Karena kelas terasa sangat sunyi saat naira tidak ada. Biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian seisi kelas karena sifat riang dan celotehnya yang membuat semua orang jadi merindukannya.
Siang itu sepulang sekolah aku dan beberapa teman kelasku serta wali kelas ku berencana untuk membesuk naira di rumah sakit. Namun saat itu juga ibu ku sudah ada di depan pagar sekolah. Aku diajak ibu dulu ke butiknya. Jadi nanti aaku kan menyusul dengan ibu. Padahal aku sangat ingin langsung melihat naira. Aku pun langsung naik mobil dengan wajah cemberut. “Sayang, tenang saja. Ibu cuma sebentar, setelah itu kita langsung ke rumah sakit menjenguk naira.” Kata ibu sambil me-starter mobil dan langsung tancap gas.
***
Saat tiba di rumah sakit ternyata teman-teman kelas ku dan wali kelas kami baru saja pulang sekitar 20 menit yang lalu kata mamanya naira. Ibu mengobrol dengan mamanya naira, lalu aku memotong pembicaraan mereka. “Tante aku pengen masuk ke dalam mau lihat naira dari dekat, boleh nggak te?” tanya ku pada mamanya naira. Karena aku sangat ingin masuk dari semalam tapi belum diizinkan karena kondisi naira yang masih kritis. “Boleh sayang, ayunda masuk saja. Yuk kita masuk bareng.” Mamanya naira menghantarkan ku ke tempat naira.
“Nai...... kamu kapan bangunnya? Aku kesepian nai di sekolah. Nggak ada teman. Ayo nai kamu cepatan bangun.” Aku memegang tangan naira, tapi tetap saja naira belum juga sadar. Aku pun membawakan naira gambaran ku pas di sekolah tadi, aku menggambar diri naira dan aku yang sedang duduk di taman sambil melihat indahnya pelangi. Lalu ku letakkan ditangan naira. “Yaa Allah tolong sembuhkan naira. Ayunda sangat menyayangi naira. Ayunda pengen lihat senyum naira lagi. Tolong sembuhkan naira ya Allah.” Aku berdoa dalam hati. Kemudian ibu mendekati ku dan mengajakku untuk pulang karena hari pun sudah petang. Aku pun pamit pulang dengan naira. "Nai... aku pulang dulu ya. Aku akan kembali besok.”
***
Setelah 5 hari berada di rumah sakit tepatnya di hari ke-5 itu. Barulah naira siuman dari komanya. Alhamdulillah... Semua yang ada di ruangan itu termasuk aku sangat senang dan tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Allah SWT. “Terimakasih ya Allah...” batinku berkata. Aku langsung mendekat naira, dan naira pun tersenyum melihat gambaran ku yang sekarang ada di tangannya dan ia telah melihatnya. “Aku yakin nai kamu pasti akan sadar, karena Allah sayang denganmu. Dan kamu akan tetap bertahan hidup untuk selamanya. Kan kita sahabat untuk selamanya.” Aku berkata pada naira sambil tersenyum dan memegang tangannya.
***
Dari tahun ke tahun naira menunjukan progress yang sangat baik. Ia semakin sehat dan sudah jarang bolak-balik ke rumah sakit. Semangatnya untuk hidup sangat kuat. Bahkan ia suka mengajakku untul ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Naira memang suka membantu sesama. Aku teringat saa SMP dulu. Ada teman yang belum bisa bayar iuran sekolahnya. Tapi, naira punya inisiatif untuk mengajak kami patungan, dan juga membantu si teman tadi untuk bercerita pada wali kelas, alhasil si teman tadi mendapatkan bantuan subsidi dari sekolah sampai kelulusan kelas 3. Itulah yang membuat ku salut pada naira. Namun saat ia menginjak kelas 2 SMP. Om bagas papanya naira meninggal dunia karena penyakit jantungnya yang sudah terlalu akut hingga akhirnya tidak dapat di selamatkan. Sempat naira merasa benar-benar terpukul akan kejadian itu. Namun ia juga sudah dapat mengikhlaskan kepergian papanya setelah 1 bulan berlalu.
***
Ketika pengumuman UN. Aku dan naira lulus dan dengan nilai yang sangat memuaskan. Dan saat masuk SMA, kami berdua tidak lagi mengikuti tes masuk seperti siswa/i yang lainnya. Kami lulus tes jalur PMDK. Jadi tidak perlu untuk tes lagi. Sungguh kami sangat senang sekali dapat bertemu lagi sampai ke jenjang SMA.
Hari demi hari pun kami lalui di sekolah kami yang baru. Seragam sekolah yang baru. Dan pastinya teman-teman yang baru pula. Saat di SMA naira benar-benar sangat membaik, bahkan ia pun sudah jarang mengkonsumsi obatan-obatan yang biasanya ia minum. Saat ku tanya “nai, kamu nggak lagi minum obatnya ya? Koq sudah 2 hari ini aku nggak lihat kamu meminumnya saat jam istirahat.” Tanyaku heran padanya. “Hehe... iya ay aku nggak lagi meminumnya. Aku juga sudah capek terus-terusan minum butiran-butiran pil itu. Aku pengen sembuh secara alami tanpa harus ada obat-obatan dan rumah sakit.” Dengan enteng dan tersenyum ia menjawab. “Tapi nai.........”, belum sempat aku melanjutkan kalimatku, naira langsung memotongnya. “Heee. Aku tahu ay apa yang ingin kamu katakan. Tenang saja, insya Allah aku baik koq, kamu doain aku terus ya, semoga tetap selalu sehat, kan kata mu sendiri waktu 7 tahun yang lalu saat aku terbaring dirumah sakit. Bahwa kita akan selalu terus bersama karena kita adalah sahabat untuk selamanya... Iya kan ay?” Ucapnya sambil tersenyum dan mengangkat alisnya sebelah kanan, sembari merangkul pundak ku.
***
Naira tetap pada sikap cerianya, ramah dan selalu tersenyum. Penyakit jantungnya yang lemah itu sepertinya sudah benar-benar menghilang dari dirinya. Ia benar-benar bangkit dari masa-masa terpuruknya dulu, yang sempat di vonis oleh dokter kalau hidupnya hanya akan bertahan sebentar. Namun dengan tekadnya yang selalu berusaha untuk membuat dirinya sehat selalu. Mungkin inilah yang disebut dengan A Miracle Of Allah. Sebuah keajaiban yang berasal dari Allah SWT. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Sekarang ia sangat menikmati hidupnya dan selalu membuat mama dan kakak-kakaknya bangga akan prestasi yang di tonjolkannya. Ia juga pernah mendapatkan beasiswa S2 di Malaysia. Sekarang ia menjadi salah satu dosen di UI tepat kami kuliah dulu, dan juga sekarang ia lagi tahap penyelesaian gelar doktornya di Universitas Surabaya. Naira yang ku kenal dari dulu sampai sekarang adalah sosok yang mempunyai sikap optimis. Aku pun sangat senang sekali menjadi sahabatnya dan ia juga telah memberikan ku banyak pelajaran tentang bagaimana menjalankan hidup dengan semestinya. Ia pun menjadi inspirasi bagi ku sampai kapanpun. J


#tulisan dibuat awal thn ini (2016), diikut sertakan dlm event antologi BML


2 komentar:

  1. Kadang emang lucu, ya. Awalnya sakit-sakitan, terus di kemudian hari bisa sembuh total dan jadi jarang sakit. Keajaiban dari Allah itu memang selalu ada. :))

    Btw, ini fiksi apa asli? :|

    BalasHapus