Minggu, 03 April 2016

Wanita Tangguh Itu Bernama Mbak Wita

 (dibuat untuk mengikuti event antologi di ANNISA)


Semilir hembusan angin mengiringi langkahku ketika akan berangkat menuju kampus. Pagi itu suasana memang sangat dingin. Seperti biasa aku selalu diantar oleh Ayah ku sampai terminal bis. Sesampai diterminal, ku lihat sudah banyak orang-orang yang menunggu disana dan kami pun berdiri hingga bisnya datang. Sesaat kemudian, tidak tahu kenapa mataku disilaukan dengan pandangan mengarah pada sosok wanita. Wanita itu menggunakan tongkat. Aku ingin menyapanya namun aku ragu.
Tidak lama kemudian bis yang ditunggu-tunggu pun tiba dan kami langsung naik dengan satu per satu. Kembali mataku memandang pada sosok wanita itu lagi, ku pandangi gerak-geriknya. Aku menantikan dimana wanita itu akan singgah. Ternyata ia turun sama seperti ku. Namun ia naik tangga penyeberangan didepan kampusku. Aku berharap esok dapat bertemu lagi dengannya dan akan ku sapa ia jika bertemu lagi.
*******
Keesokan harinya, tenyata Allah mengabulkan doaku. Ya aku bertemu lagi dengan wanita tersebut. Ketika aku lagi mencari tempat duduk yang kosong. Eh wanita itu mempersilahkan aku untuk duduk disampingnya. kemudian akupun duduk. Tidak lama kemudian aku mengawali percakapan dengan gaya sok kenal sok dekat. Hhehe. “Nama mbak siapa?” tanyaku.
“Wita”, jawabnya sambil tersenyum. Dan ia pun menanyakan nama ku, “kalau kamu?”.
“Yeni”, jawabku sambil membalas senyuman manisnya.
Sepanjang pejalanan kami bercerita. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa kemarin ia turun didekat kampusku. “Mbak, kemarin aku melihat mbak turun didekat kampus IAIN Raden Fatah Palembang, tapi mbak nyebrang. Itu mbak mau kemana?”
Dijawabnya, “Ooh itu yeni, aku kerja jadi guru jahit”.
Didalam hati aku tak henti-hentinya mengucapakan pujian kepada Sang Pencipta. masyaAllah, walaupun keadaan mbak Wita yang kekurangan pada fisiknya dapat mempunyai keahlian yang luar biasa. Aku jadi minder rasanya, punya fisik yang masih lengkap namun keahlian aku tidak punya.

Waktu terasa begitu panjang. Kami pun terus bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing. Padahal kami baru saja kenal, namun kami terasa sudah sangat lama kenal. Mbak wita bercerita tentang hidupnya dan aku menjadi pendengar yang baik baginya. Ternyata mbak Wita itu merantau datang ke kota Palembang ini. Kota asal mbak Wita ada di Malang. Kemudian aku bertanya lagi padanya, “kenapa mbak bisa ada di Palembang?”, dan jawabannya sangat meghenyahkan hati dan juga membuatku terharu sampai mengeluarkan air mata. “Aku berada dipalembang ini karena aku masing berharap dapat bertemu dengan anakku”, ujarnya.
“loh emang anak mbak dimana?”, tanyaku kembali.
“Anakku dibawa pergi oleh suamiku, yeni. Dan aku akan berusaha untuk dapat menemukannya, itu sebabnya aku merantau kesini”.
Sangat luar biasa perjuangan mbak Wita dalam pencariannya untuk menemukan buah hatinya yang dibawa pergi oleh suaminya. Dan ternyata dapat kabar bahwa suaminya itu telah menikah lagi dengan perempuan lain tanpa terlebih dahulu menceraikan mbak Wita. Namun mbak Wita telah mengikhlaskannya. Mbak Wita tidak ambil pusing. Ia terus berkerja sebagai guru jahit profesi yang telah ia tekuni semenjak merantau ke kota Palembang ini. Walaupun ia tinggal sebatang kara dikota orang, tapi ia tetap optimis dan yakin bahwa Allah akan tetap mengiringi setiap langkah-langkahnnya. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain. Baginya fisik boleh kurang, namun mental tidak. Itulah mbak Wita yang super duper tangguh.
*******

#dibuat diawal thn 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar