Senin, 04 April 2016

A Miracle Of Allah

Namanya Naira Safira. Ia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ia mempunyai 1 orang kakak perempuan dan 1 orang kakak laki-laki. Naira anak yang periang, cerdas dan selalu optimis dalam melaksanakan apapun termasuk dalam menjalani kehidupannya. Dan namaku Ayunda Saputri. Aku adalah sahabatnya naira dari kecil dan kedua orang tua kami pun sudah sangat kenal dekat. Aku ingin bercerita tentang sahabat ku naira yang berjuang akan penyakitnya hingga sampai saat ini ia pun masih dapat menghirup udara segar dunia ini. Ku ingat saat aku berumur 8 tahun dan begitu juga dengan naira. Ayah berdialog dengan ibu mengenai naira,
“Buk, tadi Bagas menelpon ayah katanya tadi sore menjelang magrib anaknya naira kembali masuk ke rumah sakit.” Ujar ayah.
“Loh kenapa? Sakit apa naira?” tanya ibu pada ayah.
“Ayah juga nggak tahu buk. Tadi bagas hanya bilang kalau naira masuk rumah sakit dan memberi tahu kalau naira di bawa ke rumah sakit Medica. Ayo sekarang kita siap-siap buk dan langsung berangkat ke rumah sakit buk.” Kata ayah pada ibu.
“O iya yah, ibu siap-siap bentar. Tapi yah ayunda gimana, mau di tinggal atau di ajak?”
Tidak lama dari ibu berbicara kepada ayah, dan ayah pun belum sempat menjawabnya. Aku yang dari tadi sudah mendengarkan percakapan mereka lalu langsung beranjak pergi ke ruang tamu, dan berkata “Yah, buk, ayunda ingin ikut jenguk naira.”. Ibu dan ayah langsung saling melihat, lalu ibu bilang pada ku dengan tersenyum“Oya boleh. Ayunda boleh ikut. Ambil jaketnya gih...”. Aku pun langsung ke kamar untuk mengambil jaket agar tidak kedinginan. Dan ayah sudah di garasi untuk memanaskan mobil. Tak lama dari itu kami langsung berangkat menuju rumah sakit.

 1 jam menempuh perjalanan akhirnya kami pun sampai di rumah sakit. Di hantar oleh suster kami ke ruangan naira. Ternyata saat ku lihat itu adalah ruang UGD. Lalu ayah langsung menemui om bagas papanya naira.
“Gas, naira sakit apa?” tanya ayah pada om bagas.
“Tadi sore habis mandi ia terkapar di depan pintu kamar mandi saat mamanya mengecek kamarnya, mamanya kaget dan langsung teriak memanggilku. Naira sempat berbicara katanya kakinya sakit dan terasa sangat sesak nafasnya setelah itu ia pingsan. Jadi langsung saja aku dan mamanya membawanya ke rumah sakit. Ternyata penyakitnya saat masih bayi dulu kembali lagi dit. Jantung lemahnya. Ini dikarenakan aku yang menurunkannya, kamu tahu kan kalau aku sudah ada penyakit jantung ini semenjak SMA baru ketahuan. Dan sekarang menular pada anak ku yang paling bungsu, aku sangat tidak menyangka dit. Karena kedua kakaknya tidak. Naira sekarang yang menderita penyakit jantung lemah.” Om bagas pun sangat terpukul dengan keadaan naira.
“Kamu yang sabar gas. Naira akan sembuh insya Allah...” Ujar ayah sambil memegangi pundaknya om bagas. Om bagas pun menunduk dan menangis.

Memang penyakit jantung lemah merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Setiap orang yang menderita penyakit ini ia tidak dapat melakukan aktivitas secara berlebihan, karena akan dapat menimbulkan rasa sakit di dada serta cenderung pingsan.

“Nai......nai....naira ayo bangun, cepat bangun. Biar kita bisa bermain lagi di taman depan rumahmu.” Aku memangil naira dari jendela kamar, sambil menangis. Aku saat itu hanya dapat melihatnya lewat jendela kamar. Karena aku tidak diizinkan masuk waktu itu oleh susternya.
***
Keesokan harinya saat di sekolah aku merasa kesepian. Karena naira ada di rumah sakit. Teman-teman juga banyak yang menanyakan naira. Karena kelas terasa sangat sunyi saat naira tidak ada. Biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian seisi kelas karena sifat riang dan celotehnya yang membuat semua orang jadi merindukannya.
Siang itu sepulang sekolah aku dan beberapa teman kelasku serta wali kelas ku berencana untuk membesuk naira di rumah sakit. Namun saat itu juga ibu ku sudah ada di depan pagar sekolah. Aku diajak ibu dulu ke butiknya. Jadi nanti aaku kan menyusul dengan ibu. Padahal aku sangat ingin langsung melihat naira. Aku pun langsung naik mobil dengan wajah cemberut. “Sayang, tenang saja. Ibu cuma sebentar, setelah itu kita langsung ke rumah sakit menjenguk naira.” Kata ibu sambil me-starter mobil dan langsung tancap gas.
***
Saat tiba di rumah sakit ternyata teman-teman kelas ku dan wali kelas kami baru saja pulang sekitar 20 menit yang lalu kata mamanya naira. Ibu mengobrol dengan mamanya naira, lalu aku memotong pembicaraan mereka. “Tante aku pengen masuk ke dalam mau lihat naira dari dekat, boleh nggak te?” tanya ku pada mamanya naira. Karena aku sangat ingin masuk dari semalam tapi belum diizinkan karena kondisi naira yang masih kritis. “Boleh sayang, ayunda masuk saja. Yuk kita masuk bareng.” Mamanya naira menghantarkan ku ke tempat naira.
“Nai...... kamu kapan bangunnya? Aku kesepian nai di sekolah. Nggak ada teman. Ayo nai kamu cepatan bangun.” Aku memegang tangan naira, tapi tetap saja naira belum juga sadar. Aku pun membawakan naira gambaran ku pas di sekolah tadi, aku menggambar diri naira dan aku yang sedang duduk di taman sambil melihat indahnya pelangi. Lalu ku letakkan ditangan naira. “Yaa Allah tolong sembuhkan naira. Ayunda sangat menyayangi naira. Ayunda pengen lihat senyum naira lagi. Tolong sembuhkan naira ya Allah.” Aku berdoa dalam hati. Kemudian ibu mendekati ku dan mengajakku untuk pulang karena hari pun sudah petang. Aku pun pamit pulang dengan naira. "Nai... aku pulang dulu ya. Aku akan kembali besok.”
***
Setelah 5 hari berada di rumah sakit tepatnya di hari ke-5 itu. Barulah naira siuman dari komanya. Alhamdulillah... Semua yang ada di ruangan itu termasuk aku sangat senang dan tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Allah SWT. “Terimakasih ya Allah...” batinku berkata. Aku langsung mendekat naira, dan naira pun tersenyum melihat gambaran ku yang sekarang ada di tangannya dan ia telah melihatnya. “Aku yakin nai kamu pasti akan sadar, karena Allah sayang denganmu. Dan kamu akan tetap bertahan hidup untuk selamanya. Kan kita sahabat untuk selamanya.” Aku berkata pada naira sambil tersenyum dan memegang tangannya.
***
Dari tahun ke tahun naira menunjukan progress yang sangat baik. Ia semakin sehat dan sudah jarang bolak-balik ke rumah sakit. Semangatnya untuk hidup sangat kuat. Bahkan ia suka mengajakku untul ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Naira memang suka membantu sesama. Aku teringat saa SMP dulu. Ada teman yang belum bisa bayar iuran sekolahnya. Tapi, naira punya inisiatif untuk mengajak kami patungan, dan juga membantu si teman tadi untuk bercerita pada wali kelas, alhasil si teman tadi mendapatkan bantuan subsidi dari sekolah sampai kelulusan kelas 3. Itulah yang membuat ku salut pada naira. Namun saat ia menginjak kelas 2 SMP. Om bagas papanya naira meninggal dunia karena penyakit jantungnya yang sudah terlalu akut hingga akhirnya tidak dapat di selamatkan. Sempat naira merasa benar-benar terpukul akan kejadian itu. Namun ia juga sudah dapat mengikhlaskan kepergian papanya setelah 1 bulan berlalu.
***
Ketika pengumuman UN. Aku dan naira lulus dan dengan nilai yang sangat memuaskan. Dan saat masuk SMA, kami berdua tidak lagi mengikuti tes masuk seperti siswa/i yang lainnya. Kami lulus tes jalur PMDK. Jadi tidak perlu untuk tes lagi. Sungguh kami sangat senang sekali dapat bertemu lagi sampai ke jenjang SMA.
Hari demi hari pun kami lalui di sekolah kami yang baru. Seragam sekolah yang baru. Dan pastinya teman-teman yang baru pula. Saat di SMA naira benar-benar sangat membaik, bahkan ia pun sudah jarang mengkonsumsi obatan-obatan yang biasanya ia minum. Saat ku tanya “nai, kamu nggak lagi minum obatnya ya? Koq sudah 2 hari ini aku nggak lihat kamu meminumnya saat jam istirahat.” Tanyaku heran padanya. “Hehe... iya ay aku nggak lagi meminumnya. Aku juga sudah capek terus-terusan minum butiran-butiran pil itu. Aku pengen sembuh secara alami tanpa harus ada obat-obatan dan rumah sakit.” Dengan enteng dan tersenyum ia menjawab. “Tapi nai.........”, belum sempat aku melanjutkan kalimatku, naira langsung memotongnya. “Heee. Aku tahu ay apa yang ingin kamu katakan. Tenang saja, insya Allah aku baik koq, kamu doain aku terus ya, semoga tetap selalu sehat, kan kata mu sendiri waktu 7 tahun yang lalu saat aku terbaring dirumah sakit. Bahwa kita akan selalu terus bersama karena kita adalah sahabat untuk selamanya... Iya kan ay?” Ucapnya sambil tersenyum dan mengangkat alisnya sebelah kanan, sembari merangkul pundak ku.
***
Naira tetap pada sikap cerianya, ramah dan selalu tersenyum. Penyakit jantungnya yang lemah itu sepertinya sudah benar-benar menghilang dari dirinya. Ia benar-benar bangkit dari masa-masa terpuruknya dulu, yang sempat di vonis oleh dokter kalau hidupnya hanya akan bertahan sebentar. Namun dengan tekadnya yang selalu berusaha untuk membuat dirinya sehat selalu. Mungkin inilah yang disebut dengan A Miracle Of Allah. Sebuah keajaiban yang berasal dari Allah SWT. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Sekarang ia sangat menikmati hidupnya dan selalu membuat mama dan kakak-kakaknya bangga akan prestasi yang di tonjolkannya. Ia juga pernah mendapatkan beasiswa S2 di Malaysia. Sekarang ia menjadi salah satu dosen di UI tepat kami kuliah dulu, dan juga sekarang ia lagi tahap penyelesaian gelar doktornya di Universitas Surabaya. Naira yang ku kenal dari dulu sampai sekarang adalah sosok yang mempunyai sikap optimis. Aku pun sangat senang sekali menjadi sahabatnya dan ia juga telah memberikan ku banyak pelajaran tentang bagaimana menjalankan hidup dengan semestinya. Ia pun menjadi inspirasi bagi ku sampai kapanpun. J


#tulisan dibuat awal thn ini (2016), diikut sertakan dlm event antologi BML


Membangun CINTA Suci Ba’da Ijab Kabul 

(dibuat utk ikut event di gema sastra)

:ngakaksss😆😅

---


#tolong jgn hakimin gue gaesss dgn judul yg tertera. Gue juga heran knp gue bisa nulis kayak ginian, gue saja shocked saat buka note thn 2012 lalu. Dan yg gue nggak nyangka lagi, ni tulisan di loloskan... Mohon maaf lahir batin gaesss, kalau ada persamaan nama tokoh dan alur ceritanya, ini hanya fiktif belaka ✌


Tolonggg!!! Jangan Panggil Aku Ukhti

(dibuat untuk mengikuti event antologi GPS)

Semua berawal dari kisahku. Pertama kali aku mendapatkan panggilan ukhti itu dari dunia maya yang tidak lain dan tidak bukan yaitu fesbuk. Kemudian berlanjut ketika diperkuliahan. Hhmmm maklum, tempat kuliah ku itu memang tempat kuliah yang notabennya bergenre kan Islam. Jadi panggilan ukhti itu sudah menjadi panggilan yang tidak asing lagi. Terlebih lagi ketika aku ikut di organisasi yang orang-orangnya memang dapat dikatakan akhwat-akhwat dan ikhwan-ikhwan betolll.

Ya, mungkin memang benar. Ukhti adalah sebutan untuk saudara perempuan muslim (baca: muslimah). Tapi tetap saja aku tidak ingin dipanggil ukhti. Karena, aku merasa bahwa sebutan ukhti ataupun akhwat itu hanya pantas sebutan bagi wanita-wanita yang ilmu agamanya mahir. Atau kurang lebih wanita yang seperti itu lah yang di sebut akhwat. Yang tertanam didalam benakku gambaran seorang akhwat atau ukhti itu adalah wanita yang memakai pakaian tidak ketat atau membentuk tubuh. Pakai rok panjang, no jeans. Jilbab panjang dan tidak dibentuk-bentuk serta tidak tipis. Selalu memakai kaos kaki. Tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya apalagi berbocengan diatas motor. Tidak mengenal yang namanya pacaran. Selalu datang ke masjid. Selalu membawa al quran didalam tasnya. Ketika bertemu orang mengucap salam. Kalau bertemu dengan sesama saudara muslimahnya selalu cipika cipiki. Sholat tepat waktu. Tilawah, dan sebagainya.

Sangat berbeda denganku pada waktu itu. Aku memang telah memakai jilbab namun jilbabku tidak lebar apalagi tebal, masih suka memakai jeans karena saat itu yang ku punya hanya rok sekolah, terkadang masih suka tidak memakai kaos kaki, sholat ku pun masih suka bolong-bolong dan setiap kali diajak untuk sholat berjam’ah pasti ada-ada saja alasan yang ku lontarkan. Aku juga jarang membaca al quran, bahkan untuk menyentuhnya pun aku sangat jarang pada waktu itu. Ketika masih SMA dulu aku juga sering bolos dalam program mentoring yang seharusnya wajib hadir disetiap hari jum’at sepulang sekolah. Kalaupun aku datang, biasanya aku juga tidur-tiduran, atau membuat kondisi mentoring mejadi tidak seperti seharusnya.

Satu-satunya wanita atau akhwat yang belum memakai jilbab dalam organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) pada saat di sekolah dulu, hanya aku seorang. Sampai-sampai Bapak guru yang mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang juga menjadi pembina rohis kami saat itu, serta teman-temanku juga bahkan yang laki-lakinya, selalu membujukku agar aku memakai jilbab dengan perkataan-perkataan mereka salah satunya seperti ini, “Yen,,, kapan ingin hijrah??? Tinggal dirimu sendiri yang belum memakai jilbab”. Wajah ini pun langsung berubah dikarenakan rasa malu.
Namun, tetap saja walaupun sudah di rayu-rayu, hatiku belum tergerak untuk memakai jilbab pada saat itu. Apalagi ketika aku melihat fenomena yang datangnya dari teman-temanku dan adik-adik kelas ku. Mereka ketika disekolah berjilbab rapi, dan ketika sepulang sekolah bahkan ada yang masih didepan gerbang sekolah jilbab itu mereka lepaskan. Ada juga yang memakai pakaian tidak sepantasnya ketika keluar rumah.

Dan sampai pada suatu ketika aku mulai siap untuk memakai jilbab. Aku mulai mengenakan jilbab itu dikelas 3 SMA semester 1, tepatnya seusai ramadhan. Mungkin memang benar semua itu butuh proses dan aku sangat sepakat akan hal itu. Yang pasti aku berjilbab bukan karena bujukan-bujukan dari orang lain. Tapi itu sungguh dari hati dan niat karena Allah SWT. Meskipun jilbabnya belum sempurna, dan syar’i.

Aku sadar bahwa aku ini telah banyak sekali melakukan kesalahan. Aku sering sekali melakukan hal-hal yang semestinya tidak dilakukan oleh para muslimah pada umunya. Seperti bermain bola misalnya. Aku tidak tahu kapan aku ini dapat sadar hingga panggilan ukhti itu memang sungguh-sungguh melekat dan memang aku pantas disebut ukhti. Ahh namun semua itu kembali lagi kepadaku.
Aku berharap semoga Allah dapat secepatnya mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepadaku. Namun aku tidak akan berdiam diri untuk menuggu datangnya hidayah dari Allah itu. Aku akan mengambilnya dari Allah. Semua harus ku lakukan dimulai dari diriku sendiri. Karena didalam firman-Nya pun Allah pun juga telah mengatakan bahwa Allah tidak akan pernah mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak ada usaha untuk merubahnya.

Ingin sekali rasanya aku mengatakan kepada mereka agar tidak memanggil ku “Ukhti”, karena aku memang sangat merasa belum pantas untuk dipanggil dengan sebutan yang sedemikian mulia itu. Aku pun selalu seperti disadarkan bahwa aku terlalu banyak dosa, jika mengingat image seorang ukhti yang sesungguhnya...
---

#tulisan di buat pd thn 2011 untuk di ikutkan di event antologi GPS "first writing"

Minggu, 03 April 2016

Wanita Tangguh Itu Bernama Mbak Wita

 (dibuat untuk mengikuti event antologi di ANNISA)


Semilir hembusan angin mengiringi langkahku ketika akan berangkat menuju kampus. Pagi itu suasana memang sangat dingin. Seperti biasa aku selalu diantar oleh Ayah ku sampai terminal bis. Sesampai diterminal, ku lihat sudah banyak orang-orang yang menunggu disana dan kami pun berdiri hingga bisnya datang. Sesaat kemudian, tidak tahu kenapa mataku disilaukan dengan pandangan mengarah pada sosok wanita. Wanita itu menggunakan tongkat. Aku ingin menyapanya namun aku ragu.
Tidak lama kemudian bis yang ditunggu-tunggu pun tiba dan kami langsung naik dengan satu per satu. Kembali mataku memandang pada sosok wanita itu lagi, ku pandangi gerak-geriknya. Aku menantikan dimana wanita itu akan singgah. Ternyata ia turun sama seperti ku. Namun ia naik tangga penyeberangan didepan kampusku. Aku berharap esok dapat bertemu lagi dengannya dan akan ku sapa ia jika bertemu lagi.
*******
Keesokan harinya, tenyata Allah mengabulkan doaku. Ya aku bertemu lagi dengan wanita tersebut. Ketika aku lagi mencari tempat duduk yang kosong. Eh wanita itu mempersilahkan aku untuk duduk disampingnya. kemudian akupun duduk. Tidak lama kemudian aku mengawali percakapan dengan gaya sok kenal sok dekat. Hhehe. “Nama mbak siapa?” tanyaku.
“Wita”, jawabnya sambil tersenyum. Dan ia pun menanyakan nama ku, “kalau kamu?”.
“Yeni”, jawabku sambil membalas senyuman manisnya.
Sepanjang pejalanan kami bercerita. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa kemarin ia turun didekat kampusku. “Mbak, kemarin aku melihat mbak turun didekat kampus IAIN Raden Fatah Palembang, tapi mbak nyebrang. Itu mbak mau kemana?”
Dijawabnya, “Ooh itu yeni, aku kerja jadi guru jahit”.
Didalam hati aku tak henti-hentinya mengucapakan pujian kepada Sang Pencipta. masyaAllah, walaupun keadaan mbak Wita yang kekurangan pada fisiknya dapat mempunyai keahlian yang luar biasa. Aku jadi minder rasanya, punya fisik yang masih lengkap namun keahlian aku tidak punya.

Waktu terasa begitu panjang. Kami pun terus bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing. Padahal kami baru saja kenal, namun kami terasa sudah sangat lama kenal. Mbak wita bercerita tentang hidupnya dan aku menjadi pendengar yang baik baginya. Ternyata mbak Wita itu merantau datang ke kota Palembang ini. Kota asal mbak Wita ada di Malang. Kemudian aku bertanya lagi padanya, “kenapa mbak bisa ada di Palembang?”, dan jawabannya sangat meghenyahkan hati dan juga membuatku terharu sampai mengeluarkan air mata. “Aku berada dipalembang ini karena aku masing berharap dapat bertemu dengan anakku”, ujarnya.
“loh emang anak mbak dimana?”, tanyaku kembali.
“Anakku dibawa pergi oleh suamiku, yeni. Dan aku akan berusaha untuk dapat menemukannya, itu sebabnya aku merantau kesini”.
Sangat luar biasa perjuangan mbak Wita dalam pencariannya untuk menemukan buah hatinya yang dibawa pergi oleh suaminya. Dan ternyata dapat kabar bahwa suaminya itu telah menikah lagi dengan perempuan lain tanpa terlebih dahulu menceraikan mbak Wita. Namun mbak Wita telah mengikhlaskannya. Mbak Wita tidak ambil pusing. Ia terus berkerja sebagai guru jahit profesi yang telah ia tekuni semenjak merantau ke kota Palembang ini. Walaupun ia tinggal sebatang kara dikota orang, tapi ia tetap optimis dan yakin bahwa Allah akan tetap mengiringi setiap langkah-langkahnnya. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain. Baginya fisik boleh kurang, namun mental tidak. Itulah mbak Wita yang super duper tangguh.
*******

#dibuat diawal thn 2013

Aku dan Shino itu SATU :P


Assalamualaikum saudara's :D
Aku pengin cerita dikit. dikit cerita.

Saudara's tahu Aburame Shino kan? Ya betul,,, shino adalah salah satu tokoh kartun ninja yang ada dalam film NARUTO.

Sejak shino muncul di film naruto saat itu, aku sudah sangat menyukai shino dibanding tokoh-tokoh ninja yang lainnya. Walaupun 2 tokohnya lagi yaitu gaara dan naruto, aku juga suka. Tapi tetap posisi shino yang menjadi numero uno (hehe, nyepanyol dikit gaesss).Karena aku merasa banyak kemiripan antara perjalanan hidupku dengan perjalanan hidupnya shino. Ahihi :p *nyengir*

Aburame Shino adalah orang yang tenang, penyendiri, dan cukup misterius (nah ini loh kesamaan kami yang pertama) *yg nggak setuju silahkan loncat dari ampera ke sungai musi :P :D. Dia digambarkan sebagai suatu tipe orang antara sabar dan berbelit-belit (kesamaan kami yang kedua) :D. Ia jarang tersenyum ataupun menunjukkan emosi sama sekali (kesamaan kami yang ketiga) *pasti banyak yg nggak sepakat akan hal ini...:P bodo :D. Bukannya berterima kasih pada rekan satu timnya yg memberi selamat kepadanya atas kemenangan dalam pertarungan, ia malah mengatakan kepada mereka bahwa ia berharap mereka melakukan hal yang sama (kerendahan hatinya ini yang membuatku salut dan kagum ^_^). Dia juga memiliki kecenderungan menyimpan dendam dan menjadi agak menakutkan (dan yang ini bukan termasuk kesamaan kami) :D,,, seperti terlihat ketika Naruto tidak mengenalinya pada awal Bagian II (itu sebenarnya karena satu-satunya bagian yang terlihat dari wajahnya adalah kacamata hitamnya), tetapi naruto mudah mengenali Kiba dan Hinata. Dan dia masih menyimpan dendam sampai hari ini. :O
Shino dapat memahami rekan satu timnya (Kesamaan kami yang keempat) :D. Contohnya saja ketika berdebat dengan Kiba. Dia lebih dulu bersikap diam.

Shino memiliki hubungan yang sangat kuat dengan rekan satu timnya dan teman2nya.

Ia sangat menyesal karena tidak ikut dalam misi pengejaran sasuke. Dari waktu itu dan seterusnya, ia memutuskan untuk bekerja sama dengan Kiba dan Hinata. Dia bahkan membantu Hinata untuk meningkatkan kemampuannya, dan merupakan salah satu dari sedikit orang, selain Naruto, yang secara terbuka mengakui kepercayaan diri dalam dirinya. Buah dari usahanya terlihat di anime, di mana Shino mampu menjalankan misi dengan sukses sementara menjaga orang lain agar tetap aman (terus berusaha dan tidak cepat putus asa adalah kesamaan kami yang kelima) :D.

Shino berbicara seolah ingin tahu, seperti yang dinyatakan oleh Naruto dan Kiba. Dia berbicara dengan cara yang paling sederhana digambarkan dengan "berbelit-belit" dan menggunakan banyak kata 'karena' (nah kalau aku suka "pada dasarnya") :D

Untuk orang lain, sikapnya berbicara seperti lebih perhatian dengan poin sepele yang dapat terucapkan atau menyediakan informasi yang cukup untuk meninggalkan pertanyaan yang mungkin bisa bertanya, sudah terjawab. Contohnya meliputi: Dalam percakapannya dengan Kiba, "Bagaimana misimu... Aku akan mendengarkan."

Sebagai anggota clan Aburame, Shino mahir sejak lahir dengan jenis serangga khusus, yang disebut kikaichu, yang memakan chakra. Serangga itu bebas untuk hidup di dalam tubuh pengguna, mereka makan chakra untuk bertahan hidup, dan sebagai imbalannya, mereka menyerang lawan dan melakukan tugas-tugas lain saat diperintahkan, simbiosis inilah gaya bertarung Shino, ia akan menyerang lawan dan ketika mereka tak bisa kabur Shino akan menyerap chakra lawannya untuk kikaichunya.

Shino telah menemukan beberapa manfaat lain untuk serangganya itu (kikaichu), dan dengan demikian telah menemukan sejumlah teknik yang memanfaatkan mereka untuk berbagai tujuan. Teknik pertama adalah mushibunshin no jutsu miliknya, yang menggunakan serangganya untuk membuat bunshin dirinya sendiri. Dia juga mampu membungkus musuh-musuhnya dalam bola serangga dengan Hijutsu: Mushidama, teknik ini mencegah mereka bergerak dan merebut chakra mereka. Shino juga dapat menggunakan serangga untuk memata-matai dan mengumpulkan informasi. Seekor serangga betina dibiarkan pada sasaran, yang kemudian dapat dilacak dgn aroma oleh serangga jantan, atau serangga penjelajah dapat dikirim keluar dan kembali untuk memberitahu informasi tentang suatu daerah. Shino dapat berkomunikasi dengan serangga, membuat Shino sangat mahir dalam mata-mata.

Dalam pertarungan, Shino mampu menggunakan kecerdasannya (gantengkan shino :3) #ehhh, ia mampu menggunakan keterampilan analitis dan pengamatan untuk membuat strategi. Seperti Shikamaru Nara, Shino berada di jarak yg jauh dgn musuh untuk membuat strategi sekaligus menghindari serangan. Karena itu, Shino cukup percaya diri dalam kemampuannya dan bahwa ia akan memenangkan pertempuran. Namun, Shino sangat menikmati pertarungan, dan tidak suka menolak kesempatan untuk melawan lawan yang terampil, seperti yang terlihat saat invasi Konoha ia tetap mencoba melawan Kankuro, walaupun sebenarnya pertandingan dibatalkan untuk menghindari pengungkapan boneka rahasianya. Shino juga bisa mengerti ada berapa orang di suatu daerah dengan meletakkan telinganya ke tanah. Dalam anime, Shino juga meningkatkan keterampilan taijutsunya selama lompatan waktu untuk lebih menangani situasi pertempuran jarak dekat. Dia telah menciptakan Tetsuzanko, yang merupakan taijutsu kerjasama dengan bunshin untuk mengatasi lawan dari kedua sisi (nah shino tambah ganteng.ganteng.ganteng *diulang 3x biar agak dramatis) wkkk :p
Aburame Shino bukanlah seorang anak lelaki biasa, tetapi sayangnya tidak semua orang bisa mengerti hal itu.
Sama sepertiku. Aku adalah wanita biasa, yang semua orangpun sudah mengerti akan hal itu (Eh itu bukannya sama, tapi kebalikkannya yen...) hehe. Iya Yang ini jelas beda. Shino laki2 aku wanita, shino punya serangga, aku tidak, shino ada di DuFil (dunia film), aku di DuNyat (dunia nyata). Tapi tidak masalah, yang pasti kesamaanku dengannya yang lebih banyak. Aburame Yen :v

Nah saudara's cerita dikit. Dikit cerita dari ku sudah selesai...

*horrreee*

*tepok kakiii*

*lariiiiiiiiiiiiiii*

Wassalamualaikum

"Selemah apapun musuhku, aku tidak akan meremehkan mereka."
(Aburame Shino)









---

#tulisan di buat di tahun 2011 (Aku menulis ini benar2 dlm keadaan sadar gaesss, bukan lagi tiduran di rel kereta. Haaa)

" Wahai Matahari" (dibuat untuk memenuhi tugas dari FORUM LINGKAR PENA)


Saat pagi datang...
Ketika ku dengar kicau burung yang indah

Dan matahari pun telah tampak menyinari alam raya

Telah membuat jiwa ini menjadi tentram dan pikiran pun menjadi terang

Tanpa matahari pagi ini bumi akan gelap

Tanpa matahari juga bumi ini pasti akan membeku

Wahai matahari... Sinarmu memberikan semangat untuk hidupku

Matahari sungguh aku mengagumimu

Karena hadirnya dirimu

Adalah bukti kehebatan dari Tuhan ku

Memang tidak ada yang dapat menandingi kehebat-Nya

Aku inigin sepertimu wahai matahari

Bentukmu nan bulat begitu sempurna

Seperti sinarmu yang kau berikan secara total kepada kami

Wahai matahari... Jadilah penyempurna sujudku untuk-Nya

Aku sangat membutuhkanmu untuk selalu berada disisi ku...


Palembang, 03 Maret 2013
YH ^_^

"Pesona Pantai" (dibuat untuk memenuhi tugas dari FORUM LINGKAR PENA) 


Terik matahari di ufuk timur
Menyinari indah pertiwi
Deburan ombak menggulung merdu
Memberi keindahan sukma di jiwa
Desah angin yang melambai sepoi-sepoi
Sunggguh indah pesonamu
Hingga setiap orang yang datang
Tak ingin melangkah pergi darimu
Oh Pantai... Berada disisimu memberikan ku inspirasi
Kau adalah tempat untuk ku bermimpi
Kau juga tempat yang indah untuk berbagi
Akupun terbuai akan keindahanmu
Dan kini aku pun menyadari
Bahwa betapa Maha Besaarnya Kuasa Sang illahi...



#Palembang, 28 Maret 2013
YH ^^


RASULULLAH SANG PROMOTOR DAKWAH !

Sebagai makhluk yang memang sudah diberikan fitrah oleh Allah SWT dari sejak lahir, manusia juga memiliki rasa cinta. Sebuah rasa yang jika benar-benar dilandasi iman akan menghadirkan kekuatan. Cinta yang tumbuh karena iman adalah behtera terbaik untuk sukses mengarungi samudera kehidupan didunia maupun akhirat. Itulah mengapa Islam sebagai sebuah peradaban memandang cinta sebagai perkara utama.

Seperti sebuah pedang bermata dua, cinta juga tergantung pada orang dibelakangnya, paradigma yang menggerakannya, dan cita-cita yang ditujunya. Jika cinta menjadi motor penggerak bagi orang-orang kafir, dengan paradigma kekafiran, dan tujuannya hanya dunia, maka sudah pasti pedang cinta tadi akan merusak tatanan dunia yang ada. Tapi jika cinta menjadi motor penggerak bagi para aktivis dakwah, dengan paradigma keimanan. Maka sudah pasti cintanya akan senantiasa menjadi cahaya yang akan menerangi dunia yang semakin kelam ini.

Sebagai makhluk ciptaan Allah sudah semestinya kita harus selalu bersikap baik kepada-Nya, tentunya dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan semua apa yang telah Dia perintahkan dan tidak melakukan segala apa yang telah dilarang oleh-Nya. Serta dapat mengajak manusia lainnya untuk selalu terus berammar ma’ruf nahi munkar. Yang tujuannya agar dapat menyadarkan manusia bahwa Allah adalah satu-satunya tujuan hidup dan mati kita. Bukanlah dunia tempat tinggal kita yang abadi, namun akhiratlah adalah tempat tinggal kita yang sebenar-benarnya dan yang paling hakiki. Tentunya ketika meninggal nanti, kita pasti mengharapkan agar dapat meninggalkan dunia yang fanah ini dengan Khusnul Khotimah, dan Surga Firdaus sebagai tempat tinggal kita. Maka dari itu, marilah dengan dengan niat yang ikhlas kita harus lebih lagi untuk dapat meningkatkan ibadah kita kepada-Nya, serta dapat mengajak manusia yang lainnya juga. Yang mungkin dulunya berbelok, menuju ke jalan yang lurus agar kita sama-sama dapat menikmati tempat yang telah Allah siapkan untuk kita (baca: surga-Nya), dan dapat berjumpa dengan-Nya serta dapat berkumpul dengan orang-orang yang selama didunia hidupnya dipertaruhkannya untuk berjuang dijalan Allah SWT. SubhanaAllah... Itulah imbalan untuk kita karena kita selama hidup didunia tidak pernah melupakan-Nya, dan janji-Nya kepada kita itu tidak pernah ingkar.

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh...” (QS. Ali-‘Imran: 110)

Memang sudah menjadi kewajiban kita sebagai Khalifah Allah untuk selalu mengajak manusia berammar ma’ruf nahi munkar. Dan ini tidak bisa kita lakukan dengan cara yang keras dan “Semau Gue”. Yang ada mereka malah menjauh dari kita, bukannya mendengarkan. Jadi cara yang baik itu adalah dengan cara yang baik-baik. Sebagaimana firman Allah SWT didalam Qur’an Surah An-Nahl: 125, berikut artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Seiring dengan waktu dan perkembangan zaman. Kita harus mengerti bahwa semuanya itu membutuhkan proses dan tidak bisa instant (baca: langsung). Dan cara dakwah yang paling tepat adalah dengan cara dakwah dari hati ke hati atau dalam bahasa dakwah namanya itu adalah dakwah fardiyah, yang artinya adalah menyampaikan kepada manusia tentang segala hal yang baik dan benar menurut pandangan Islam dengan cara mendekati antar personalnya. Sebagaimana dakwah seperti yang dilakukan oleh Syeikh Imam Hasan Al-Banna, yang berdakwah dengan mendatangi satu per satu warung-warung kopi dan bahkan tempatnya orang-orang berjudi, dan tentunya dengan cara yang baik serta tidak melukai hati orang tersebut.

Melakukan pengkaderan itu memang sangat penting, karena untuk melakukan suatu pekerjaan yang jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal, tentu kita akan lebih memilih bekerjasama dengan orang-orang yang satu fikroh atau istilah lainnya satu pandangan atau sejalan dengan kita.
Ternyata melakukan suatu rekrutmen kader atau pengkaderan itu sendiri memang sudah merupakan salah satu model perjuangan para Nabi. Bersama para kader inti, yang tangguh, mereka berjuang menyebarkan (baca: mendakwahkan) Islam dan berbagai ujian serta rintangan yang dahsyat yang mereka tempuh.

Rasulullah SAW merekrut dan mengkader Khadijah ra., perempuan yang pertama kali beriman dan juga istri beliau, setelah itu Abu Bakar ra., sahabat karib beliau, Ali bin Abi Thalib ra., anak pamannya yang telah dibinanya dari sejak kecil, Zaid bin Haritsah ra., mantan budak beliau. Abu Bakar pun meluaskan dakwahnya sendiri. Melalui dakwahnya maka Ustman bin Affan ra., Zubair bin Awwam ra., Adurahman bin Auf ra., Sa’ad bi Abi Waqqash ra., dan Thalhah bin Abi Ubaidillah ra., masuk Islam. Kedelapan orang ini merupakan para kader pertama yang masuk Islam, kemudian sholat, dan membenarkannya. Rekrutmen ini kemudian berkembang hingga mencapai 60 sahabat pertama yang berasal dari dari berbagai kabilah di Mekkah ketika itu.

Para kader dakwah terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka inilah yang senantiasa menjadi pewaris, menyebarkan dakwah dari zaman ke zaman. Semoga Allah membalas semua jasa mereka dan menganugerahkan surga-Nya yang luas dan indah. Kita berharap kepada Alloh, agar dimasukkan kedalam golongan mereka, para generasi penyeru dakwah, dan dikumpulkan bersama-sama mereka kelak di surga-Nya. Aamiin. Semoga!
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)

Perjalanan dakwah ibarat sebuah kehidupan, ia harus terus hidup secara dinamis atau terjaga kestabilannya. Karena sejatinya perjalanan dakwah ini masih sangat panjang dan tidak ada penghujungnya. Kitalah yang akan menjadi penyambung mata rantai dakwah ini.

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
 Begitulah Al-Qur’an memberikan inspirasi. Artinya seorang kader yang berkualitas tinggi akan dapat megalahkan sepuluh orang musuh (1:10), sedangkan kader yang lemah kualitasnya hanya dapat megalahkan dua orang musuh (1:2)

Rasulullah sebagai penggerak dakwah untuk agama Allah ini, telah banyak meninggalkan warisan kepada kita, tentang dakwah yang telah ia lakukan. Rasulullah telah banyak mengislamkan orang-orang kafir, dan orang-orang kafir tersebut banyak yang masuk Islam dikarenakan akhlak beliau. Sejalan dengan agama kita memang, Islam yang dikenal sebagai agama akhlak.
 Pantaslah jika Rasulullah disebut sebagai “Sang Promotor Dakwah” itu. Rasulullah telah menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam kepada kita umatnya serta mengajak manusia untuk kembali taat kepada Allah. Kata umatku yang diucapkannya sebanyak tiga kali ketika akan menghembuskan nafas terakhirnya itu, adalah pembuktian bahwa beliau sangat mencintai umatnya (baca: kita), melebihi kelurganya, sahabatnya, bahkan dirinya sendiri.
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

 Semoga kita selalu dapat mengamalkan segala sifat yang ada pada diri Rasulullah. Dan dengan menjadikan Rasulullah sebagai contoh yang baik bagi kita, maka kita telah mencintai Rasulullah. Dan dengan mencintai Rasulullah itu juga telah menghantarkan cinta kita kepada Sang Maha Pemberi Cinta itu sendiri, yaitu Allah SWT.
“Dakwah itu ada karena adanya rasa cinta, dan cinta itu hadir karena Allah”.

Wallahua’lam Bishshawab...

---

#tulisan ini di buat di penghujung tahun 2012

Lika-liku Halaqoh Ku ^_^


Aku bukan berasal dari keluarga aktivis dakwah. Aku pun besar tidak dalam lingkungan yang keislamannya kuat. Aku adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu orang kakak perempuan dan satu orang kakak laki-laki. Walaupun begitu, aku tidak terlalu buta akan ilmu agama karena sejak umur 3 tahun aku sudah masuk TPA, awalnya hanya ikut-ikutan. Disana selain belajar mengaji. Kami juga mendapatkan ilmu tentang keislaman. Sampai kelas 5 SD aku berada disana sampai khatam qur'an.

Dari latar keluarga yang tidak terlalu mengerti tentang agama. Aku sadar terlalu cetek ilmu ku tentang Islam. Waktu SMP aku masuk di SMPN 41 Palembang. Ada memang pelajaran agama Islam dan BTA. Tapi tetap saja aku merasa kurang. Mana lagi kalau kembali lagi ke belakang. Dari SD dan SMP bisa dikatakan aku adalah seorang anak yang bisa dikatakan tingkahnya sama seperti anak laki-laki. Main bola kaki, balapan sepeda. Teman-teman ku juga kebanyakan dari kaum adam. Hhe... Afwan, namanya juga masih anak-anak dan belum ngerti saat itu.

Ketika SMA. Aku diterima di SMAN 14 Palembang. Kata orang masa-masa SMA itu adalah masa dimana anak-anak semakin ingin mencari jati dirinya. That's right... Aku merasakannya sist n bro. Waktu pertama masuk sekolah, dan ketika itu bertepatan dengan kegiatan MOS (masa orientasi sekolah), ketika aku dan teman-temanku akan melaksanakan sholat zuhur, tiba-tiba seorang kakak kelas mengajak kami untuk masuk organisasi ROHIS (keROHanian ISlam). Sesudah sholat zuhur, kami teringat kembali akan ajakan dari kakak kelas tadi. Dan keesokkan harinya kami pun mendaftarkan diri untuk mengikuti organisasi ROHIS tersebut.

Kami pun tercatat resmi sebagai anggota baru ROHIS SMAN 14 Palembang. Kegiatan demi kegiatan kami ikuti. Kami juga mengikuti kegiatan mentoringnya. Jadwal mentoring ku dulu tidak tetap. Dikarenakan mentor ku dulu adalah seorang mahsiswa, yang padat akan jadwal kuliah dan ditambah kegiatannya sebagai aktivis dakwah juga dikampusnya. Tapi aku bangga dengan beliau, karena di sela-sela kesibukkannya, beliau masih menyempatkan diri untuk mengisi mentoring kami. J

Hampir setiap seusai pulang sekolah, aku sering "mangkal" di mushola sekolah untuk mengerjakan tugas sekolah sampai ba'da ashar bersama teman-teman kelas. Selain mengerjakan tugas sekolah, aku dan besama teman-teman ku juga sering membantu pak Abi untuk membersihkan mushola, namun hanya tempat sholat permpuan dan wc perempuan saja yang kami bersihkan. Karena berbagi dengan anak laki-laki. Aku pun semakin rutin mampir ke mushola sekolah setelah ikut mentoring di sekolah. Aku semakin akrab dengan rekan-rekanku di ROHIS SMAN 14.

Sejak kelas 2. Kami di bagi menjadi kelompok-kelompok. Dan namanya juga sudah berganti menjadi halaqoh bukan lagi mentoring. Dan memang aku merasakan ada perbedaan antara mentoring dan halaqoh. Saat masih mentoring dulu aku ingat sekali, orang-orang yang ada di dalam itu semuanya adalah teman satu kelas denganku. Tapi ketika di halaqoh, orangnya berasal dar kelas lain, hanya ada sekitar 3 orang yang masih tersisa berasl dari kelas ku. Yang lainnya sudah ada dikelompok berbeda dan ada juga yang tidak melanjutkan kegiatan tersebut. Mentornya pun sudah bukan dengan mbak yang lama. Sudah berganti dengan mbak yang baru, dan sebutannya juga sudah bukan lagi mbak mentor yang sering kami sebut-sebut dahulu, tapi sudah berganti dengan sebutan murobbi atau murobbiyah untuk yang perempuan.

Lalu aku pun mengikuti kegiatan halaqoh itu dengan penuh hikmat. Selain dapat bertemu dengan teman-teman yang baru, aku juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang lebih luas lagi. Murobbi pun dengan sabar dan ikhlas mengisi kami. Dulu aku juga pernah sengaja bolos untuk tidak datang, padahal kami sudah melihat mbak sudah menuggu kami sedari kami pulang sekolah tadi. Tapi tetap saja niatku dan beberapa temanku untuk tidak mengikuti halaqoh di hari itu tertunaikan. Astaghfirulloh... Kalau mengingat tingkah ku dulu.

Kegiatan halaqoh SMA tiba-tiba terhenti ketika aku sudah lulus SMA. Setamat dari SMA aku pernah ditawarkan oleh MR ku dulu "dek, halaqohnya dilanjutin ya, ntar mbak cariin MR yang baru ya...", tapi jawabku. "nanti saja mbak, kalau sekarang lagi sibuk untuk ngurusi masuk kuliah". Ya lagi-lagi itu dikarenakan pengetahuanku yang masih kurang dalam pentingnya halaqoh. Tapi walau waktu itu aku sudah tidak halaqoh lagi dengan MR yang lama, tapi mbak selalu mengajak ku dalam kegiatan-kegiatan keislaman, jadi tetap aku mendapatkan sedikit percikan ilmu agama, mungkin karena mbak tahu aku sudah lama juga tidak halaqoh lagi, kira-kira sekitar 3 bulan aku stop sejenak dari kegiatan halaqoh semenjak usai kelulusan sekolah dulu.

Kemudian aku mulai masuk ke dunia baru, yaitu dunia perkuliahan. Saat aku dinyatakan diterima di kampus ku yang sekarang ini yaitu IAIN Raden Fatah Palembang aku pun mengurusi semua berkas-berkas untuk pendaftaran ulang. Seusai kami daftar ulang itu, kami melihat sebuah stand informasi di depan kantor rektorat. Aku, putri, dan cek hus (wira) pun mampir kesana. Ternyata stand pendaftaran tersebut adalah dari salah satu organisasi intra di IAIN Raden Fatah Palembang. Organisasi tersebut bernama Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Refah. Kami pun berkenalan dengan mbak yang sedang jaga distand tersebut, nama mbak itu adalah TASMANIA. Ya mbak tasmania namanya, tapi kami memanggilnya dengan mbak nia. Segala info tentang perkuliahan, semuanya aku dapatkan dari beliau. Termasuk info OSPEK.

Dan ketika OSPEK banyak sekali stand-stand berbagai macam organisasi atau kata lain sebutan dari organisasi itu adalah UKMK (unit kegiatan mahasiswa khusus) baik internal maupun eksternal. Saat semua UKMK-UKMK itu tampil dalam inagurasi perkenalan UKMK di OSPEK. Aku tertegun dan seluruh badan ini pun ikut bergetar (hhi, serius nih), ketika melihat penampilan UKMK Lembaga Dakwah Kampus Refah. Teriakan takbir itu yang selalu ku rindukan. Selesai OSPEK aku langsung bergegas ke stand-stand UKMK. Ya,,, tentu saja aku mencari stand LDK Refah. Dan disana juga aku melihat ada mbak tasmania, kemudian aku dan temanku diajak mbak nia duduk di stand tersebut, lalu mbak nia juga mengenali kami dengan mbak-mbak yang lain. Aku dan beberapa teman ku pun meninta formulir pendaftaran dan mengisinya distand itu lah.

Well,,, aku pun mengikuti kegiatan pertama LDK ba'da OSPEK. Berhubung waktu OSPEK dulu bulan puasa jadi kegiatannya waktu itu ba'da zuhur. Acara tersebut bernama OH atau "open house" LDK Refah. Kegiatannya luar biasa, selain dapat berkenalan dengan teman-teman baru, tentang LDK, juga menambah pengalaman dan ilmu.

Saat itu aku ikut lagi kegiatan dari LDK Refah yaitu SILARIS (silaturrahmi alumni rohis) ba’da lebaran. Seusai kuliah perdana waktu itu, aku langsung sms temanku yang ada di fakultas tarbiyah namanya heni. Karena waktu masih pagi sekitar jam 10.an saat itu. Lalu heni mengajakku untuk ikut ke kosannya dulu, karena acaranya habis zuhur. Akupun tak menolak ajakkannya. Kemudian terdengar kumandang adzhan zuhur. Kami pun sholat, seusai sholat kami bergegas untuk kembali lagi ke kampus dan mengikuti agenda silaris. Dan di silaris kami di buat kelompok lagi, yang sebelumnya ketika open house sudah dikelompokkan. Tapi aku tidak sekolompok dengan heni. Kami pun mendapatkan mentor dikelompok itu, namanya mbak ria.

Setelah agenda silaris. Aku mengikuti kegiatan LDK selanjutnya, kalau tidak salah hanya berjarak dua minggu dari kegiatan silaris. Nama kegiatannya itu adalah DDK1 (Dauroh Dakwah Kampus 1). Aku mengajak teman-temanku untuk mendaftar itu. Agenda yang satu ini lebih luar biasa lagi, dimana waktunya itu dua hari, dan bermalam (mabit), tempat berlangsung kegiatannya itu adalah di salah satu pondok pesantren di palembang. Disana kami mendapatkan materi-materi tentang keislaman, terutama materi tentang Islam yang kaffah (menyeluruh). Mantap banget nih agenda, bukan sampai sore, tapi sampai malam gan. Selesai dari materi sekitar jam setengah sebelas malam, kami pun bergegas masuk ke dalam kamar kelompok masing-masing. Dan sekitar pukul 02.00 WIB kami disuruh bangun kembali, dan melaksanakan sholat tahajud. Setelah sholat tahajud kami diajak ke masjid untuk muhasabah (berintrospeksi) diri bersama. Kata demi kata syair yang mbak-mbak itu utarakan dan diiringi dengan instrumental musik doa. Membuat air mata ini tidak bisa tertahan. Akupun sangat tersentil dengan syair yang di sampaikan itu. Benar-benar membuatku tersentil, rasa ingin merubah diri ini ke arah lebih baik lagi sangat menggebuh saat itu. Aku merasa diri ini masih banyak sekali kekurangan. Dan seusai muhasabah, kami pun bersalam-salaman dan meminta maaf dengan satu sama lain.

Eitsss, nanti dulu gan. Nih agendanya belum selesai. setelah habis bermuhasabah kami tidak tidur, karena waktunya sudah mepet ke sholat subuh. Jadi kami mengisi waktunya dengan tilawah. Tidak lama kemudian adzhan subuh pun berkumandang. Lalu kami pun melaksanakan sholat subuh berjama'ah.

Setelah sholat subuh, tiba-tiba seorang mbak, namanya mbak seri, beliau saat itu yang menjadi satuan tugas untuk akhwat mengetuk kamar kami, lalu melihat ke arah ku, “dek, nanti tilawah ya untuk pembukan agenda bakda shubuh ini”, diri ini pun tak dapat menolak saat di todong di tempat. Setelah mc selesai membuka agendanya, aku pun tilawah, setelah itu kami lanjut untuk al-ma'surotan (dzikir) pagi bersama. Dan ada juga yang bertausyiah, yang ditunjuk adalah peserta dauroh juga, tapi aku sendiri lupa siapa yang waktu itu ditunjuk untuk tausyiah... Dan di pagi harinya  kami riyadhoh (olahraga) bersama, dan dilanjukan dengan sarapan pagi serta sholat dhuha. Kemudian setelah sholat dhuha kami lanjut outbound. Right,,, ini outbound bukan sembarang outbound gan. Outboundnya jarang terjadi, dan baru disini aku menemukan outbound yang seperti itu. Tapi banyak hikmah yang dapat ku ambil dari berbagai permainan yang ada. Yang pasti menumbuhkan kekompakan dan ukhuwah (persaudaraan) islamiyah, meskipun agak terasa sakit dan lelah, tapi masih bisa tertutupi.

Setelah outbound kami pun balik keruangan untuk bersih-bersih dan siap-siap untuk penutupan agenda. Sebelum penutupan agenda tersebut, kami di bagi kelompok lagi. Setelah itu agenda barulah di tutup. Dan kami pun pulang.

Ternyata, kelompok yang dibagi waktu usai dauroh, itulah kelompok halaqoh ku yang baru. Aku berkenalan dengan  kelompok halaqoh ku yang baru itu, diantaranya: novita, mufti, marlen, vini, vici, mimi, yuli, rati, reni, septa dan nisa. Mufti dan marlen  adalah teman ospekku. Rati, mimi dan nisa sudah ku kenal saat pertama kami bertemu di agenda SILARIS dan juga satu kelompok. Bersama mereka aku mengikuti halaqoh setiap pekannya. Agenda halaqoh kami pun berjalan setiap minggunya setelah agenda dauroh itu. Namun, hukum alam pun terjadi, ada beberapa dari teman-temanku itu stagnan, entah apa alasannya. Dan saat itu aku hanya dapat berdoa dan berharap semoga mereka mau kembali lagi untuk halaqoh suatu saat nanti. Pada akhirnya, kami pun ditransfer ke kelompok halaqoh yang lain. Dan disinilah hal yang paling membuatku sedih, manalagi saat mau perpisahan tidak diberi tahu sebelumnya oleh MR ku. Tiba-tiba beliau menyuruh kami untuk mendengarkan sebuah lagu dari grup nasyid Brother “Untukmu Teman”. Air mata ini pun semakin deras mengalir. Tapi setelah dijelaskan oleh MR, kalau beginilah perjalanan halaqoh. Akhirnya kami pun menerima dengan hati yang ikhlas.

Sekarang sudah ditransfer lagi, dan sempat kelompok kami di bagi dua kelompok karena quotanya yang banyak namun MR nya tetap MR yang sama, tapi sekarang kami di gabung. Dikarenakan anggota sudah ada yang berkurang, ya sudah hukum alam lagi-lagi. L

Halaqoh yang aku jalani selama ini, membawa cukup banyak manfaat bagiku, khususnya perihal saling mengingatkan sesama teman akan pentingnya mempertahankan ke-Istiqomah-an dalam ibadah. Kami juga bisa bertanya masalah-masalah agama dan mendiskusikan hal itu bersama, saling curhat juga baik masalah di kampus maupun masalah pribadi, Rihlah, Mabit dan makan bersama, dan semua itu lengkap aku dapatkan bersama kelompok ini.

Kami pun diminta untuk melakukan hal yang sama, menjadi Murobbi bagi Mentee (binaan) kami. Kami diharapkan bisa membina lebih banyak agar orang lain juga bisa menjadi lebih baik bersama kami. Kini, aku menjadi Mentor untuk 3 kelompok, dua di Kampus, dan satu lagi di Rohis SMA tempatku dulu.

Sampai saat ini, aku masih dalam tahap belajar membina. Aku pun masih mencari metode-metode yang cocok dalam membina itu seperti apa agar dapat berjalan efektif. Hakikat dari membina pun tidak hanya memberikan ilmu bagi mentee kita, tapi juga kita, me-review kembali materi yang pernah kita dapatkan dulu, sekarang dan sampai akhir nanti.

Tidak terasa perjalanan halaqoh ku sudah hampir 5tahun (2008-2013). Aku berharap, semoga kenikmatan dalam berdakwah ini selalu Alloh berikan kepada kami, khususnya bagiku. Sebuah kenikmatan yang tak bisa digantikan dengan apapun karena disini kami lebih dari teman biasa, karena disini kami adalah keluarga yang disatukan Alloh. Dan kemarin teman halaqoh ku bertambah satu lagi, seorang hafidzhah. J

Tarbiyah memang bukanlah segala-galanya, tetapi segala-galanya dimulai dari tarbiyah. Itulah hal yang pernah aku dengar menyangkut tentang uraian pencapaian dalam kehidupan. Tentunya yang dimaksud dengan segala-galanya adalah pencapaian kebenaran dan kebaikan yang istimewa. Dimana setiap orang memiliki impian terutama mencakup kesuksesan di dunia dan di akhirat. Kesuksesan itu tidak mudah diraih begitu saja, maka dimulai dari tarbiyah lah segalanya bisa dicapai. InsyaAlloh...

Maka setiap orang yang pernah, sedang, dan akan terus berada didalam jama'ah pastinya senantiasa berikhtiar mencari dan menghidupkan aktivitas yang sejalan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rosul yang dimulai dari halaqoh-halaqoh. Halaqoh menjadi suatu jaminan bagi seseorang untuk membentuk karakter dan pribadi sebagai insan yang bersalimul aqidah, shahihul ibadah dan seterusnya (karakter muslim).

Kebutuhan tentang halaqoh haruslah sering dipertanyakan dalam diri. Pada fitrahnya, kita memiliki kebutuhan fisik yang bisa dipenuhi dengan substansi yang bersifat material, ruhiyah yang dipenuhi dengan substansi yang tidak hanya melibatkan lima indera, tetapi juga terkait kebutuhan jiwa, dan kebutuhan fikriyah yang bisa terpenuhi dengan penambahan ilmu atau wawasan.

TARBIYAH IS NUMBER ONE!!

---

#tulisan dibuat sekitar 2,5thn yg lalu, tepatnya pd thn 2013