Rabu, 16 Desember 2015

12 Jam Yang Penuh Makna

Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Islami (Religi)Cerpen Kehidupan
Lolos moderasi pada: 23 December 2015

Stelah sholat duha, aku pergi ke meja makan untuk sarapan. Seperti biasa papa dan mama sudah lebih dulu berangkat ke kantor. Papa ku seorang Dirut di salah satu perusahaan swasta ternama di Indonesia dan mama punya bisnis butik busana muslimah yang sangat terkenal di kota ku sejak 7tahun belakangan ini. Rumah selalu sepi. Hanya tinggal aku, bik ida dan mang jaja. Dan jika aku ke kampus, tinggal bik ida dan mang jaja saja dirumah. Aku hanya anak tunggal. Tidak ada kakak apalagi adik. Sepi memang. Tapi aku berusaha untuk dapat menikmatinya walau kadang tak munafik, rasa kesepian itu selalu hadir.

Well, ku lihat jam ditangan ku telah menunjukkan pukul 8 kurang 10 menit. Cepat-cepat ku habiskan makanannya. Lalu langsung saja aku ambil tas, dan pergi. "Bik ida... Tutup pintunya. Aku pergi ke kampus dulu. Assalamualaikum..." Teriakku memanggil bik ida sambil memasang sepatu. "Waalaikumussalam den fajar..." Terdengar samar-samar bik ida menjawab salam ku.

Sengaja hari ini aku tidak mengendarai si ninja(motor)ku untuk berangkat ke kampus. Ya lagi pengen saja...
Aku berjalan ke depan lorong untuk mendapatkan angkot. Ku lihat di lorong jalanan itu penuh dengan adik-adik kecil yang sedang asik bermain. Ibu-ibu yang membersihkan halaman rumahnya. Sesekali mereka menoleh ke arah ku. Dan aku pun tersenyum sambil mengucapkan salam. Aku merasakan hal yang sangat beda. Aku tak pernah merasakan tenang setenangnya seperti pagi ini.

Akhirnya aku sampai juga di depan lorong jalan rumahku. Aku berdiri dipinggir jalan, dengan beberapa orang, sambil menunggu angkot datang. Tak lama kemudian. "Braaakkkkk" Ku dengar suara itu melintas di gendang telinga ku, sepertinya ada peristiwa kecelakaan. Sontak saja aku mencari sumber suara itu, lalu aku dan beberapa orang yang ada di sekitar jalan itu pun langsung mendekat ke TKP.

Sesampai ditempat itu ku lihat seorang anak kecil laki-laki sedang menangis dengan sesekali teriak "Ayah... ayah... ayah...". Ternyata itu adalah anak dari pengemudi motor yang tetabrak truk besar itu. Anaknya memakai seragam sekolah dasar sekitar kelas 2.

Aku dan bapak-bapak yang ada disana. Langsung saja membawa bapak dan anaknya tadi ke rumah sakit untuk segera di obati lukanya. Dan sebagian bapak-bapak lagi akan mengurusi motor bapak tersebut dan sopir truk tadi serta membawanya ke kantor polisi untuk segera diminta keterangan.

Saat di jalan anak laki-laki itu terus menangis. "Sabar dik. Ayahnya pasti akan sembuh... Cup jangan nangis lagi. Kita doain saja ya ayahnya". Aku menenangkannya, sembari menghapus air matanya.

Akhirnya sampai juga kami dirumah sakit. Langsung saja ku panggil suster yang ada untuk membawakan ranjang dorong untuk pasien. Secepatnya suster itu pun melangkah ke arah kami.

Hari sudah semakin siang. Tinggal aku dan anak laki-laki ini saja yang masih ada di rumah sakit. Bapak-bapak yang ikut menghantarkan tadi, mereka sudah ada kerjaan masig-masing. Kemudian tiba-tiba Hp ku berbunyi, ternyata Fahri yang menelpon ku. Fahri adalah teman sekelasku dan sudah ku anggap juga sebagai sahabat, karena sudah sedari SMA kami berteman.
Fahri: "Assalamualaikum jar"
Aku: "Waalaikumussalam..."
Fahri: "Kamu dimana? Tumben jam segini belum sampe kampus. Dan pas mata kuliah pak guntur tadi kamu nggak masuk dan nggak ada kabar lagi. Kamu sakit?"
Aku: "Nggak koq ri, aku nggak sakit. Oya hari ini aku bolos kuliah dulu ya..."
Fahri: "Loh ada apa? nggak biasanya kamu kayak gini."
Aku: "Makanya kalau orang belum selesai ngomong itu jangan di potong dulu" dengan sedikit nada tinggi...
Fahri: "Hehe... iya.iya maaf. Emang ada apa?"
Aku: "Nah gitu. Jangan dipotong pokoknya ya... Aku lagi dirumah sakit ri. Tadi saat aku lagi mau berangkat ke kampus. Ada tragedi kecelakaan, korbannya bapak dan seorang anak kecil. Bapakanya yang luka parah. Ini lagi di tangani oleh dokter. Aku sekarang lagi menunggu keluarganya tiba ke rumah sakit. Kasihan anaknya. Nangis terus dari tadi."
Fahri: "Innalillahi... O gitu. Baiklah jar nanti aku izinkan. Dan catatannya aku ku hantarkan ke rumah mu nanti. Kalau kamu butuh bantuan aku, cepat hubungi aku ya."
Aku: "Nggak usah diizinkan juga gpp ri. Heee. Sekali-sekali bolos... Oke siap bos. Terimakasih sebelumnya"
Fahri: "Ah kamu ini... Ya. Sip. Assalamualaikum..."
Aku: "Waalaikumussalam..."

Tak lama kemudian sekitar pukul 10.00wib, ku lihat wanita parubaya berwajah cemas dan seorang anak laki-laki remaja, serta lelaki tua yang rambutnya sudah memutih namun masih kuat kelihatannya. Mereka berjalan mengarah ruang yang kami sedang tunggu. Saat adik kecil itu menoleh ke arah kanan, "Bunda...bunda" Pekiknya sambil menangis dan memeluk wanita parubaya tadi. Ternyata itu ibunya dan istri dari bapak yang kecelakaan itu. Aku pun langsung berdiri dan mendekati mereka.

Mereka sepertinya dari keluarga yang kurang mampu. Karena aku melihat dari Hp yang di pegang ibunya dan dari pakaian mereka. Maaf bukan maksud aku untuk menilai orang dari penampilan.

Setelah berbincang-bincang ternyata benar dugaan ku. Mereka memang berlatar belakang keluarga yang kurang mampu. Bapaknya adalah seorang tukang ojek biasa dan ibunya adalah ibu rumah tangga dan kadang-kadang membuka jasa untuk cuci baju, jika ada yang butuh. Anak laki-lakinya yang remaja baru masuk SMA. Dan lelaki tua itu adalah bapak dari ibunya. "Haaaa..." Aku menghela nafas panjang.
Dan ku langkahkan kaki berjalan mengarah ruang administrasi. Ku tanya berapa biayanya kepada kasir... Ternyata lumayan besar. Saat ku lihat uang di dompet ku hanya tinggal 300rb. Aku izin sebentar pergi ke ATM di dekat parkiran untuk menarik uang.
Setelah ku tarik uang dari ATM aku langsung masuk lagi ke ruang administrasi. Ku bayar lunas biaya perawatannya. Lalu tanpa menemui mereka lagi aku langsung pergi.

Ku lihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11.45wib. Tandanya beberapa menit lagi sholat zuhur akan tiba. Ku cari masjid di sekitaran rumah sakit. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga. Masjid Al-Muhajirin. Ya itu nama masjidnya. Aku pun sholat mengikuti di shaff kedua. "Masya Allah ramainya yang sholat. Hampir penuh masjidnya. Yang perempuan di belakang pun mengikuti." Aku berucap dalam hati, sembari tersenyum.
Seusai sholat ku ambil quran saku ku. Quran kecil yang selalu ku bawa kemanapun aku pergi. Aku pun membacanya. Hanya sampai 4 halaman aku membacanya. Dan aku langsung bergegas pergi. Sampai dipintu masjid ada anak-anak yang sedang menyemir sepatu ku. Aku tersenyum, kupandangi wajahnya dan ku sodorkan uang di tangannya. "Terimakasih kak..." ucapnya polos.
"Ya sama-sama". jawabku. Tampaknya ia sangat senang menerima uang pemberian ku itu dan langsung pergi.

Matahari seolah berada dekat diatas kepala ku. Karena hari itu sangat panas. Sepertinya matahari sedang menguji ku. Hhi...
"Krik...krik" ku rasakan alien-alien kecil di dalam perut ku sudah memberontak. Tak lama-lama lagi. Aku langsung singgah ke warteg yang ada disitu. Karena sudah biasa aku dan fahri makan di warteg. Tapi kalau mama tahu. Ia akan marah. Maaf ya ma...
Saat makan di warteg aku selalu memesan makanan yang jarang sekali ada di rumah ku. Seperti pergedel jagung, sayur kangkung, lalap timun, sambel terasi, dan tidak lupa dengan ikan asinnya. Makanan-makanan itulah yang aku pesan. Aku pun sangat menikmati makan siang ku itu.

Setelah makan selesai, perutpun jadi kenyang. Aku pun melanjutkan perjalanan ku. Aku tidak tahu mau kemana. Di dalam benak ku berkata "Karena sudah bolos kuliah. Sekalian saja ku nikmati hari ini dengan jalan-jalan mengitari sudut kota. Hee"
Aku berjalan menuju arah menteng. Ku lihat di situ banyak anak-anak gank motor Cross. Aku percaya diri saja mendekati mereka. Tanpa berfikir ulang apakah mereka akan mencelakakan ku atau tidak. Ah bodoh, aku kan nggak ngapa-ngapain juga. Fikir ku singkat.

"Siang bro..." Ku coba sapa mereka.
"Ya siang juga. Lu siapa? Dan ada perlu apa lu kesini?". Salah seorang dari mereka bertanya pada ku. Dan mereka agak merasa asing atas kedatanganku.
"Hee. Nggak ngapa-ngapain. Tadi nggak sengaja saja aku lewat jalan ini dan melihat kalian... Oya perkenalkan nama ku Muhammad Fajar Ikhsan. Panggil saja fajar" Aku memperkenalkan nama ku kepada mereka sembari menyodorkan tangan ku kepada mereka.
"Ooo. Gitu. Baiklah.... Oke kenalin gue dito, yang ini zacky, ini martin, ini supri biasanya dipanggil kuplek, ini bimo, ini hardi, dan yang ini jupri."
"Kayaknya lu bukan anak sini ya?" tanya martin pada ku.
"Ya memang. Aku tinggal di cakung" Jawabku.
"Kenapa lu bisa kesini. Kayaknya lu berjalan kaki ya?". Tanya zacky.
"Hehe. Panjang ceritanya... Aku sendiri juga bingung" Jawabku. Sambil sedikit tertawa.
Kami pun bercerita layaknya teman yang baru saja kenal. Dan banyak yang kami bahas dan hal-hal aneh yang aku tanyakan kepada mereka.

Tibalah azan sholat ashar dikumandangkan. Aku bertanya dengan mereka dimana posisi masjid itu.
Jupri dengan sigap menjawab "disana jar..."
jupri menunjuk ke seberang jembatan.
"kalau lu mau kita hantar. Yokkk naik" kata zacky menawarkan...
"O nggak usah repot-repot..."
"Nggak lah. Nggak repot, ayo naik. Cepet"
Akupun tak bisa menolak tawaran dari mereka.
Akhirnya kami pun tiba tepat di depan masjid. Aku sengaja tidak menawarkan mereka untuk sholat. Tapi ternyata mereka pun singgah dan ikut sholat juga. Kecuali martin. Karena martin beragama katolik.
"Tin disini dulu ya. Nggak apa-apakan..." Dito berkata pada martin.
"Yaelah bro. Biasa aje kali. Sudah pergi sholat sono. Yang khusyuk ya..." Jawab martin.
Aku tersenyum, sungguh luar biasa pertemanan ini. Saling melengkapi satu sama lain. Tidak membedakan ras. Dan saling mendukung akan hal ibadah. Aku dapat pelajaran dari mereka. Walaupun mereka anak motor, tapi mereka tidak pernah meninggalkan rabbnya, rabb yang telah menciptakan mereka. Good...

Seusai sholat aku pun pamit dengan mereka. Mereka menawarkan untuk di hantar pulang oleh mereka. Tapi kali ini aku menolaknya. Karena mengingat rumah ku yang jauh. Akhirnya aku pun pergi dan berjalan mengarah jalan raya untuk mendapatkan metro mini. Yang akan ke arah kota tua.
Setelah sampai di kota tua. Aku menuju stasiun kereta api, membeli tiket jurusan cakung. Di dalam kereta aku melihat seorang nenek tua yang sedang kebingungan. Lalu ku dekati beliau. Ku tanya "Kenapa nek? Kelihatannya nenek sedang bingung"
Nenek: "Iya aku sedang mencari cucu ku. Tapi aku tidak dapat melihat anak muda."
Aku pun bingung hendak kemana aku akan mencari cucu nenek ini. Sedang kereta ini sudah melaju. Saat aku memasuki gerbong demi gerbong. Aku melihat anak kecil yang lagi membeli pop mie di gerbong belakang. Langsung saja ku tanya, "Dik pop mie nya beli 2. Yang satunya lagi untuk siapa?"
"Untuk nenekku"... Jawabnya. Aku tambah yakin sepertinya ini cucu dari nenek tadi. Sebenarnya bisa saja ia memesan pop mie itu. Dan dihantarkan. tapi ia takut nanti pramugarinya bohong katanya. Karena ia hanya punya uang segitu. Dan takut pramugarinya salah orang untuk di kasih. Nanti nenekku jadi nggak bisa makan pop mie. Hehe... Fikiran anak kecil. Setelah ku antar ia kepada neneknya. Hati kecil ku berkata, "Sungguh mulianya hati anak ini. Rasa kasih sayang sudah ia miliki sejak dini. Terbukti perlakuannya kepada neneknya tersebut. Aku yang sudah berumur 19tahun ini...............Hee" Lalu aku pun tersenyum sendiri sembari melihat pemandangan yang sangat indah itu.

Tak terasa aku pun telah sampai di cakung. Aku mencari masjid di sekitaran stasiun, untuk sholat magrib. Karena sudah 20menit azan magrib berlalu saat aku masih di dalam kereta tadi. Akhirnya ketemu juga dengan masjidnya, tidak jauh dari stasiun.

Karena dari satasiun ke rumah ku itu jaraknya tidak terlalu jauh. Jadi ku putuskan untuk melanjutkan sholat isya dulu di masjid ini. Tidak lama lagi juga akan masuk waktu isya. Fikirku...

Saat selesai membaca al quran. Aku sedikit terkejut. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang, seraya berkata "Pemuda, silahkan kumandangkan azan. Sudah masuk waktu isya nya". Ternyata itu seorang bapak yang meminta ku untuk mengumandangkan azan. "Oya baiklah pak" Jawabku... "Allohuakbar... Alloh...huakbar............................................ Laaillahailallah..." Lalu kami pun sholat, dan bapak yang meminta ku untuk azan tadi menjadi imam kami.
Setelah doa... kami bersalam salaman. Dan aku melanjutkan aholat sunah ba'diyah isya 2 rakaat.

Tak lama kemudian saat aku ingin memakai jaket dengan maksud langsung pulang. Bapak tadi berjalan mengarah ku dan duduk tepat dihadapan ku. "Kamu mahasiswa?" Tanyanya.
"Iya pak", jawabku sambil tersenyum.
"Ooo. Kuliah dimana? Jurusan apa? Semester?" tanyanya lagi.
"Di UNJ pak. Jurusan FKIP Fisika, baru semester 3. Hee"
"Oya masih lama berarti lulusnya, manfaatin kuliah dengan sebaiknya, karena masih banyak mereka yang berkeinginan kuliah tapi tidak ada biaya. Cita-cita mereka untuk dapat kuliah pun kandas. Jadi bersyukurlah, karena masih di kasih kesempatan untuk kuliah. Benar-benar manfaatin, jangan sampai membuat kecewa kedua orang tua yang telah membiayai perkuliahan kita dan segala kebutuhan hidup kita selama kita sampai dengan sekarang. Setiap sholat jangan lupa untuk menyelipkan doa untuk mereka berdua. Saya juga punya anak laki-laki seumuran kamu. Dia sekarang kuliah di UGM Yogyakarta, jauh dari keluarga. Itulah saat saya melihat kamu. Saya teringat dengan anak saya." Ucapnya. Ku lihat tatapan matanya tersimpan kerinduan yang paling mendalam kepada anaknya yang sedang menuntut ilmu di kota pelajar.
"Oya pak insya Allah... Terimakasih pak atas nasihatnya." Kata ku sambil melontarkan senyuman padanya. Dan pamit pulang. Karena waktu sudah mengarah pukul 8 malam. Kami bersama keluar dari pintu masjid. Ternyata rumah bapak itu persis di sebelah masjid itu. Dan aku pun melambaikan tangan sambil mengucap salam untuk kedua kalinya.

Ku lihat pangkalan ojek ada di seberang jalan. Aku kesana dan memesan 1 ojek untuk menghantarkan ku pulang ke rumah, "Jalan tombak no 9 ya pak"... Kami pun melaju.
Akhirnya sampai juga di rumah tercinta... "Ini pak"... Ku berikan uang kepada bapak tukang ojeknya. "Oya terimakasih", "iya sama-sama pak. Hati-hati".

"Ting nong. Ting nong" Aku menekan bel rumah.
Bik ida pun keluar. "Assalamualaikum bik..." Sapa ku pada bik ida. "Eh den fajar. Waalaikumussalam... Masuk..masuk..."
Ku lihat papa dan mama sudah pulang. Dan sudah duduk di meja makan menungguku pulang. Untuk makan malam bersama. "Tumben. Biasanya menjelang pukul 10 malam, baru ada dirumah" gumamku dalam hati. Ah tapi sudahlah... Aku pun mendekati mereka dan mencium tangan mereka sambil mengucap salam.
Selesai makan aku langsung pergi ke kamar. Dari tangga sampai masuk kamar aku hanya dapat tersenyum dengan kejadian-kejadian yang sudah ku lalui pada hari ini. Ku hidupkan lampu kamar ku. Ku letakkan tas di sudut kanan meja belajarku, dan ku lihat ada 2 buku catatan. Ku lihat namanya Muhammad Fahri Akbar. Aku tersenyum ternyata sahabat ku memang benar-benar orang yang menepati janji dan pengertian.

Hari ini aku memang tidak mendapatkan pelajaran dari kuliah. Tapi selama 12 jam ini aku telah mendapatkan pelajaran tentang kehidupan. Selama ini aku yang selalu merasa kesepian, kedua orang tua yang selalu sibuk dengan urusan kantornya, ingin ini itu bisa aku dapatkan, tapi entahlah aku belum dapat menemukan ketenangan itu. Dan hari ini ternyata aku menemukan jawaban dari semua kegamangan ku selama ini. BERSYUKUR... Ya bersyukur... sepertinya aku belum sepenuhnya bersyukur kepada Allah Swt selama ini. Aku selalu merasa kurang dan mengeluh. Padahal aku punya sahabat yang sangat care dengan ku. Bik ida yang selalu ada membantu ku dalam hal apapun serta mengajari ku agar aku dapat mandiri. Mang jaja yang selalu siap jika aku minta temani nonton bola begadang sampai tengah malam dan mau diajak main PlayStation. Papa mama yang sibuk dikantor bukan berarti tidak menyayangi ku. Tapi mereka kerja dari pagi dan sampai malam. Itu semua hanya untukku. Dan aku harus memahami itu. Buktinya tadi mereka menunggu ku untuk mengajak makan malam.

Kejadian pada hari ini benar-benar membuat ku tersadar betapa indahnya hidup ini jika aku dapat menikmati setiap apa-apa saja yang telah Allah berikan kepada ku. 12 jam telah menyadariku. Semua yang ku lewati selama 12 jam ini adalah rencana Allah. Aku yakin itu. Tidak ada yang kebetulan...
"Fabiayyi alaa irobbikumaa tukadzzibaan"... Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar